Baqir As
Sadr
Ide dasar yang pertama dari mahzab ini adalah bahwa terdapat perbedaaan
yang mendasar antara ilmu ekonomi dengan Islam, keduanya merupakan sesuatu yang
berbeda sama sekali. Ilmu ekonomi adalah ilmu, sementara Islam adalah Islam, tidak
ada yang disebut dengan ekonomi Islam. Pendapat ini awalnya didasarkan atas
ketidak setujuanya tentang definisi dari ilmu ekonomi yang menyatakan bahwa
masalah ekonomi muncul karena sumber daya ekonomi yang terbatas sementara
keinginan manusia tidak terbatas. Definisi akan membawa implikasi yang serius dalam ilmu ekonomi, padahal Islam
memiliki pandangan yang sama sekali berbada.
Menurut Baqir As sadr, Islam tidak mengenal konsep sumber daya ekonomi
yang terbatas, sebab alam semesta ini maha luas. Allah telah menciptakan alam
semesta yang tiada terhingga luasnya, sehingga jika manusia mampu
memanfaatkannya niscaya tidak pernah habis. Saat ini manusia hanya
mengeksploitasi sebagian sumber daya ekonomi yang ada dibumi, padahal diluar
bumi masih ada planet dan galaksi lain. Dengan kemajuan teknologi, sangat memungkinkan manusia untuk memfaatkan sumber daya ekonomi
yang ada diluar bumi, sehingga kita tidak pernah kekurangan sumber daya.
Sebaliknya, justru keinginan manusialah yang sesungguhnya terbatas.
Untuk itu, mazhab ini mengusulkan istilah lain untuk pengganti ekonomi,
yaitu iqtishad. Iqtishad berasal dari kata qosada yang berarti setara, selaras atau seimbang.
Dengan demikian, Iqtishad tidaklah sama dengan pengertian ekonomi.dan bukan
sekedar terjemahan dari kata ekonomi
dalam bahasa arab. Penggunaaan kata Istiqhad ini dilatarbelakangi oleh
permasalahan dasar yang dialami oleh masyarakat, yaitu distribusi sumber daya
ekonomi yang tidak merata, dimana terdapat kelompok yang sedemikiaan kaya dan
kelompok miskin yang sedemikian miskin. [1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar