A.
Pengertian
Penelitian Historik atau Sejarah
Sejarah adalah “rekaman”
prestastasi manusia.[1]
Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian historik merupakan penelaahan dokumen
serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan
dilaksanakan secara sistematis.[2]
Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa,
waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong
objek-objek yang diobservasi.[3]
Menurut Jack. R. Fraenkel &
Norman E. Wallen, penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif
memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang
terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan
mengapa hal itu terjadi.
Dalam mencari data dilakukan secara
sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau
peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.[4]
Pendekatan produk masa lalu itu
dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
1.
Pendekatan Obyektif: si peneliti
menepatkan dirinya di masa lalu dan memahaminya menurut konsep masaa lalu itu.
2.
Pendekatan Subyektif: si peneliti
memahami masa lalu itu menurut setting masa kini.[5]
Dengan mempelajari sesuatu yang telah lampau para
sejarawan pendidik berharap dapat memahami keadaan, praktek pendidikan dengan lebih
baik dan selanjutnya dapat memecahkan permasalahan yang timbul dengan mangacu
pada permasalahan lama. Oleh Edward Carr dikatakan bahwa sejarah merupakan
proses interaksi yang tidak henti-hentinya antara sejarawan dengan fakta dan
merupakan pula diaolog yang tidak pernah berakhir antara masa sekarang dengan
masa lampau.[6]
Penelitian historik menitikberatkan kegiatannya pada
upaya menelaah dokumen hasil rekaman para ahli berbagai bidang seperti
jurnalistik, ahli hukum, kedokteran, penulis buku harian, ahli fotografi dan
ahli-ahli lain yang kadang-kadang bidang keahliaanya dan profesinya tidak dapat
dipahami oleh sejarawan. Didalam menuliskan dokumennya tidak mustahil bahwa
para ahli tersebut telah memasukkan kerancuanya yang berupa nilai, pendapat
minat dan perhatiaanya. Dengan demikian, fakta yang sebenarnya dapat saja sudah
ditambah atau dikurangi berdasarkan atas latar belakang pribadinya.
B.
Ciri-ciri
Metode Historik
1. Peristiwa
historik lebih tergantung pada data yang diobservasi
orang lain dari pada oleh peneliti sendiri. Metode sejarah ini lebih banyak
menggantungkan diri dari yang diamati orang lain pada masa lampau.
2. Penelitian
historik tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu si peneliti
(penulis) secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian
yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu peneliti
melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih yang telah
lepas dari kejadian aslinya.
3. Untuk
melakukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal
dan kritik internal.
4. Walaupun
penelitian historik mirip dengan penelaahan kepustakaaan yang mendahului
lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan historik ini
adalah lebih tuntas, mencari informasi dari sumber yang lebih luas. “Penelitian
historik” juga menggali informasi-informasi yang lebih tua daripada yang umum
dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak
diterbitkan yang tak dikutip dalam acuan yang standard.[7]
[1]
John W. Best, Metodologi Penelitian dan Pendidikan (Surabaya: Usaha Offset Printing, 1982),
398.
[2] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 332.
[4] Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 51.
[5] Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Mu’amalah
(Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2010), 47.
[6] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), 332.
[7]
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)
16-17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar